Hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri. Pepatah itu mungkin cocok seperti dialami kus harianto, kakek 61 tahun warga desa kuniran, kecamatan sine, kabupaten ngawi. Setelah bertahun-tahun merantau di kota semarang jawa tengah dan bekerja di salah satu perusahaan swasta, membuat kakek empat anak dan beberapa cucu ini akhirnya rela pulang kampung di ngawi jawa timur.
Mengingat usia sudah lanjut, membuat kus harianto tak mampu untuk mencari pekerjaan kasar. Pasalnya tenaganya pun sudah tak perkasa lagi. Ia pun berpikir untuk mencari pekerjaan ringan tapi bisa mendatangkan uang.
Bermodal ide kreatifnya, akhirnya kus harianto pun melirik bambu yang banyak tumbuh di sekitar rumahnya, untuk dijadikan bahan membuat kerajinan miniatur kapal layar. Alasan kus harianto membuat miniatur kapal layar, sebab kus harianto memang dari kecil paling gemar bermain kapal-kapalan. Sementara bambu yang cocok untuk kerajinan miniatur kapal layar, dipilih bambu apus sebab memiliki ruas panjang dan mudah untuk dibuat.
Sementara bahan bambu ia membeli dari warga dengan harga lima hingga tujuh ribu rupiah untuk satu batang bambu. Dan satu batang bambu bisa dibuat menjadi tiga buah miniatur kapal layar.
Tak ubahnya seperti kapal layar sungguhan, kus harianto membuat semua komponen kapal layar buatannya secara detail dengan penuh kesabaran dan ketelatenan. Untuk satu buah miniatur kapal layar, biasanya kus harianto menyelesaikannya dalam lima hari.
Kus harianto menekuni profesi sebagai pembiuat kerajinan miniatur perahu layar sejak tiga bulan lalu. Dari pekerjaan ini kus mengaku bisa mendapatkan sumber kehidupan untuk mencukupi keluarganya.
Untuk satu buah miniatur perahu layar, kus harianto menjual dengan harga antara dua ratus hingga tiga ratus ribu rupiah. Dan kebanyakan pembelinya berasal dari kota bandung jawa barat. (Erwan Saputra)
EmoticonEmoticon